Menangkar Murai Batu - Siapa yang menyatakan menangkar burung murai batu harus memakai kandang mewah dan luas? Pada kandang sederhana saja, bila indukan burung sudah jodoh tentu akan dapat berproduksi. Lantas bagaimana dengan calon indukan jantan? Apa mungkin didapatkan dengan mudah? Jawabannya memang bisa, begitu halnya dengan calon indukan betina. Walau memang idealnya baik calon indukan jantan ataupun betina akan lebih baik yang telah dirawat lama, lebih baik lagi eks indukan jawara perlombaan walau pastinya dengan harga tinggi.
Lantas bagaimana untuk pemula? Apakah bisa mengawali dengan burung bahan yang dibeli di pasaran yang kemudian diternakkan? Nyatanya bisa. Seperti dimuat pada Agrobis Burung, banyak pula breeder yang sukses mengawali penangkaran dari indukan yang dibeli di pasar. Tentu setelah memilih asal-usul burung, dari bentuk fisiknya, dan lain-lain.
Menurut Niman, seorang penangkar otodidak yang sukses di daerah Ciledug, Tangerang, penangkaran burung tak harus indukan “juara”. Indukan jantan yang dia beli di pasar pun dapat diternakkan asal benar-benar dipilih dengan fisik dan mental bagus sesuai yang diharapkan.
Bahkan tak sebatas itu, dia pun kerap mengganti pasangan indukan yang tak produktif lagi dengan indukan yang baru sehingga hasilnya lebih baik. Menangkar murai dengan indukan bahan mudahnya sama, yang terpenting umur burung telah siap dan telah beradaptasi di lingkungan terbarunya.
Bisa dikatakan pada masa permulaan penangkaran 8 tahun lalu dia benar-benar menjodohkan indukan dari nol, yaitu sepasang burung bakalan yang dibeli di pasar burung. Walau begitu meski indukannya masih ‘bahan’ kenyataannya dapat dinikmati hasilnya. Hampir setiap pasang produktif hingga kini.
Murai yang dibeli dari bahan pastinya perlu penyesuaian setidaknya 2 atau 3 bulan. Sebab burung bahan masih wajib memakai pakan kroto segar dan campuran voer. Setelah dirawat selama beberapa bulan dan telah mampu beradaptasi dengan lingkungannya kemudian dijodohkan dengan betina yang telah disiapkan pula. Usia indukan betina setidaknya lebih dari 8 bulan atau lebih dari 1 tahun.
Untuk permulaan menjodohkan, calon indukan betina dilepaskan pada kandang petak berjajar sederhana dengan bahan kawat tanpa penutup bagian depan. Konstruksinya cukup sederhana, dengan tiang kayu kaso berukuran tak lebih dari 2 x 2,5 meter dan tinggi 2,8 meter. Dilengkapi lantai tanah dan tanaman kecil pada bagian dalam untuk menunjang kenyamanan kandang. Tersedia pula kotak sarang pada masing-masing sudut agar nantinya burung dapat menentukan sarang yang nyaman menurutnya.
Untuk calon indukan jantan dimasukkan pada sangkar khusus murai dan ditempatkan pada bagian dalam kandang ternak murai batu yang ada indukan betina. Ini bertujuan agar kedua calon indukan itu saling menyesuaikan dan mengenal. Setelah mengenal selama beberapa pekan dan mulai mendekat, murai jantan dilepas pada kandang besar dan menjadi satu dengan murai betina. Harus tetap diamati, jangan sampai saling serang.
Pada musim panas disediakan bak mandi yang ditempatkan lebih dari 1 meter di atas lantai kandang dan menempel tembok yang dihubungkan paralon agar tak terlalu panas serta menjadi sarana mandi. Perlu juga untuk menyiram lantai kandang dengan air, setidaknya 2 hari sekali.
Biaya produksi penangkaran burung murai memang cukup tinggi. Namun bila kondisi rumah dan lingkungan mendukung akan lebih baik menyiasati biaya pakan ekstra, seperti jangkrik dengan beternak sendiri. Dengan demikian biaya produksi pun dapat ditekan. Sama halnya untuk keperluan pakan krotonya. Oke itu tadi sedikit ulasan tentang penangkaran murai batu Baca juga Murai Batu Muntah Darah Dan Mati Mendadak dan Perbedaan Antara Murai Batu Galak Dan Murai Batu Birahi.
Lantas bagaimana untuk pemula? Apakah bisa mengawali dengan burung bahan yang dibeli di pasaran yang kemudian diternakkan? Nyatanya bisa. Seperti dimuat pada Agrobis Burung, banyak pula breeder yang sukses mengawali penangkaran dari indukan yang dibeli di pasar. Tentu setelah memilih asal-usul burung, dari bentuk fisiknya, dan lain-lain.
Menurut Niman, seorang penangkar otodidak yang sukses di daerah Ciledug, Tangerang, penangkaran burung tak harus indukan “juara”. Indukan jantan yang dia beli di pasar pun dapat diternakkan asal benar-benar dipilih dengan fisik dan mental bagus sesuai yang diharapkan.
Bahkan tak sebatas itu, dia pun kerap mengganti pasangan indukan yang tak produktif lagi dengan indukan yang baru sehingga hasilnya lebih baik. Menangkar murai dengan indukan bahan mudahnya sama, yang terpenting umur burung telah siap dan telah beradaptasi di lingkungan terbarunya.
Bisa dikatakan pada masa permulaan penangkaran 8 tahun lalu dia benar-benar menjodohkan indukan dari nol, yaitu sepasang burung bakalan yang dibeli di pasar burung. Walau begitu meski indukannya masih ‘bahan’ kenyataannya dapat dinikmati hasilnya. Hampir setiap pasang produktif hingga kini.
Murai yang dibeli dari bahan pastinya perlu penyesuaian setidaknya 2 atau 3 bulan. Sebab burung bahan masih wajib memakai pakan kroto segar dan campuran voer. Setelah dirawat selama beberapa bulan dan telah mampu beradaptasi dengan lingkungannya kemudian dijodohkan dengan betina yang telah disiapkan pula. Usia indukan betina setidaknya lebih dari 8 bulan atau lebih dari 1 tahun.
Untuk permulaan menjodohkan, calon indukan betina dilepaskan pada kandang petak berjajar sederhana dengan bahan kawat tanpa penutup bagian depan. Konstruksinya cukup sederhana, dengan tiang kayu kaso berukuran tak lebih dari 2 x 2,5 meter dan tinggi 2,8 meter. Dilengkapi lantai tanah dan tanaman kecil pada bagian dalam untuk menunjang kenyamanan kandang. Tersedia pula kotak sarang pada masing-masing sudut agar nantinya burung dapat menentukan sarang yang nyaman menurutnya.
Untuk calon indukan jantan dimasukkan pada sangkar khusus murai dan ditempatkan pada bagian dalam kandang ternak murai batu yang ada indukan betina. Ini bertujuan agar kedua calon indukan itu saling menyesuaikan dan mengenal. Setelah mengenal selama beberapa pekan dan mulai mendekat, murai jantan dilepas pada kandang besar dan menjadi satu dengan murai betina. Harus tetap diamati, jangan sampai saling serang.
Pada musim panas disediakan bak mandi yang ditempatkan lebih dari 1 meter di atas lantai kandang dan menempel tembok yang dihubungkan paralon agar tak terlalu panas serta menjadi sarana mandi. Perlu juga untuk menyiram lantai kandang dengan air, setidaknya 2 hari sekali.
Biaya produksi penangkaran burung murai memang cukup tinggi. Namun bila kondisi rumah dan lingkungan mendukung akan lebih baik menyiasati biaya pakan ekstra, seperti jangkrik dengan beternak sendiri. Dengan demikian biaya produksi pun dapat ditekan. Sama halnya untuk keperluan pakan krotonya. Oke itu tadi sedikit ulasan tentang penangkaran murai batu Baca juga Murai Batu Muntah Darah Dan Mati Mendadak dan Perbedaan Antara Murai Batu Galak Dan Murai Batu Birahi.